Ya seperti yang gue bilang sebelumnya tanggal bagus itu belum tentu itu adalah hari yang bagus. Ya belum tentu. Gue ulangi, BELUM TENTU *caps lock* *font 72* *underline* *bold* *italic* ya hari sial ini pun terjadi lagi, gue ulangi, LAGI. Hari itu adalah tanggal 10 Oktober 2010....
"Kalian dimana si? Gue udah nyampe di sekolah dari tadi" tanya gue ke temen-temen gue lewat y!m
"gue otw" "gue kena macet" "gue bentar lagi nyampe"
Ya gue harus pinter-pinter ngeartiin omongan mereka, kalo mereka bilang "gue otw" itu artinya "gue lagi make sepatu di teras rumah" kalo mereka bilang "bentar lagi gue nyampe" itu artinya "gue baru berangkat naik odong-odong"
Ya itu lah, kayanya hukum alam "makan atau di makan" eh salah! "Menunggu atau di tunggu". Kalo gue dateng duluan berarti gue harus iklas sepenuh hati untuk nungguin tu manusia ngaret itu walaupun gue harus nungguin sampe ada jaring laba-laba di sekujur tubuh gue atau sampe rambut gue mulai memutih dan gue pun bau tanah. Ya kuncinya adalah sabar.
1000 tahun kemudian.... Eh salah, 1 jam kemudian.... Kita semua udah terkumpul di depan SMP kami tercinta. Yap! Kita pergi. But, wait! Dari tadi gue ngebacot, gue belum ngasih tau tujuan kita ngumpul di sekolah buat apa si, tujuan gue nungguin tu manusia sampe berjamur dan membusuk itu buat apa si, ya tanggal 10.10.10 ini kami akan pergi ke Pasar Seni ITB di sana terdapat karya-karya manusia yang bersekolah di sana, yang katanya keren dan bakal nyesel kalo ga dateng kesana karna cuman beberapa tahun sekali.
Kita pergi pake angkot 06.Caheum-Ledeng. Karena angkotnya penuh, kita harus menyerahkan tumbal, dan satu orang temen gue yang bernama Arif pun terpilih sebagai tumbal, dan dia pun rela di jadiin tumbal demi Pasar Seni ITB. Dia duduk di dasar angkot sedangkan kita semua duduk di bangku yang empuk. Gue tau hidup itu keras, sekeras dasar angkot yang harus nempel sama pantatnya Arif untuk beberapa menit.
Ga lama kemudian, kami pun nyampe di tujuan. Kita masuk kesana, dan lo harus tau, kita di suguhi sama foto orang gila di Bandung. Dan VOILAAAA orang gilanya ga pake baju, pemandangan yang cukup menjijikan bagi kami but, who knows, siapa tau di seberang sana malah ada bapak-bapak dengan mata mesum malah sengaja beli sesajen di depan foto orang gila itu dan menjalankan beberapa ritual yaitu tarian-tarian dengan bunga bangke di kepalanya. Ya who knows.
Kita kira yang namanya Pasar Seni ITB yang katanya bakal-nyesel-kalo-ga-dateng dan cuman-ada-beberapa-tahun-sekali itu kaya gimana, taunya kita cuman bisa melihat lautan manusia. Mungkin kita yang baru kelas 3 SMP ini terlihat seperti kutu yang berjalan di tengah lautan ini, kecuali Nesha dan Arif mereka punya tubuh yang cukup untuk menyesuaikan diri dengan keadaan ini.
Setelah lama muter-muter, makan, minum dan menikmati panasnya hari itu sampai badan kita udah kaya pindang kita pun pulang. Gue pulang bertiga bareng Alicia dan Arif. And, voila.... Bandung macet total gara-gara Pasar Lautan Manusia Bau Ikan Asin itu, kami bertiga yang udah jadi pindang pun terpaksa jalan dari Ganesha sampe Gedung Sate.
Di tengah perjalanan, tepatnya di Taman yang bertuliskan DAGO di tengahnya, dan terletak di sebelah flyover. Gue sama Alicia jalan di belakang tubuh tingginya Arif yang lebih mirip sama lidi dan gue sama Alicia adalah tusuk giginya.
Ya kesialan itu pun terjadi, hal yang tidak akan pernah kami lupakan terutama pada Arif, hal itu pun muncul, mahluk itu berjalan dari kejauhan, mahluk bermake up tebel hasil pertarungan dengan unta mabok, mahluk bersepatu tinggi yang bisa di pake untuk mukulin anjing tetangga gue, siapa kah mahluk itu? B-a-n-c-i.
Di belakang Arif, gue dan Alicia ga bisa ngapa-ngapain kita ngestuck, kita cuman bisa membisikan kata-kata ilahi
"mampus lo, mampus lo"
Dan tanpa kita kira JEGER.... Banci itu pun mencolek dada ratanya Arif. Oh god! Tawa gue dan Alicia yang tertahan seiring perginya banci itu pun meledak. Kita cuman bisa ketawa dan turut berduka cita atas ternodainya dada rata Arif oleh mahluk hasil kloningan genderwo dan beruk.
Well, dari pengalaman-pengalaman ini, gue makin yakin bahwa, tanggal bagus BELUM TENTU hari yang bagus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar