Cari Postingan Gue?

Senin, 12 Agustus 2013

Hati yang Tersesat

Ada dua hal yang selama ini aku yakini di dunia. Pertama, tuhan itu ada. Kedua, setiap zat di dunia memiliki rumahnya masing-masing. Salah satunya adalah hati. Hati mempunyai rumah untuk kembali. Setidaknya itu adalah hal yang kami yakini. Hatiku selalu menjadi rumah bagi hati Malik. Begitu pun dengan hatinya. Hal ini kami yakini setelah beberapa kali kami putus. Termasuk kali ini. Kali ini aku dan Malik kembali memutuskan tali hubungan kami.
Namun, ada hal yang mengganjal hatiku saat ini. Membuatku tidak yakin bahwa hati ini akan kembali ke rumahnya. Teringat beberapa waktu lalu pihak sekolah memanggil orangtuaku karena anjloknya nilai-nilaiku. Aku tahu hal ini terjadi karena diriku yang tidak bisa membagi waktu. Terlalu banyak waktu yang kuberikan untuk Malik. Ntah sebanyak apa, yang jelas sangat banyak.
----
Kulihat ponselku yang terus mengedipkan led berwarna merah. Led itu terus mengedip, sepertinya ponselku ini minta segera ku sentuh untuk mengetahui siapa yang menghubungiku. Namun tanpa menyentuhnya pun aku sudah tahu siapa yang menghubungiku. Orang yang selalu mengisi waktuku. Orang yang selalu dapat membuatku diam berjam-jam di depan ponselku hanya untuk berhubungan dengannya.
‘Malik!’ kulihat tulisan itu di layar ponselku. Benar seperti dugaanku. Pasti dia. Pasti MAlik yang menghubungiku. Segera ku buka pesan dari dirinya dengan riang.
“Hey Kena”
Dengan secepat mungkin aku membalas pesan itu. Namun jariku terdiam sejenak. Pikiranku berkata ‘Hentikan. Tidak kah kamu ingat apa yang akan terjadi jika kalian kembali? Bagaimana dengan nilaimu? Orangtuamu?’ sial. Pikiran itu datang kembali. Tiba-tiba saja jariku meralat balasan pesannya.
“Ya?”
 “Bisakah kau tidak bersikap begitu dingin kepadaku? Aku tidak suka”
“Bisakah kau berhenti menghubungiku?”
“Kenapa? Hey tidak biasanya kau seperti ini. Apakah kita bisa kembali?”
“Ntah lah. Maaf tapi kau bukan tipeku”
Bodoh. Bodoh. Mengapa aku membalasnya dengan sekejam itu? Aku tahu lelaki ini tidak akan berhenti jika tidak ku geretak. Tapi, haruskah aku sekejam ini? Bahkan aku sendiri tidak percaya dengan apa yang baru saja aku katakan. Maafkan aku Malik.
----
Selama beberapa hari setelah percakapanku dengan Malik, aku terus memikirkannya. Aku tidak bisa membayangkan perasaannya setelah aku berkata sekejam itu. Aku tidak bisa membayangkan hatinya yang dihancurkan oleh gadis yang ia cintai dengan tulus.
Kuaraih ponselku di ujung meja. Aku hanya ingin tahu kabarnya. Aku ingin tahu. Aku segera mengecek akun twitternya. Apa yang sudah terjadi beberapa hari kebelakangan ini ya?
Dira? Siapa gadis ini? Mengapa dia mengucapkan ucapan selamat pagi kepada Malik? Mengapa dia mengucapkan ucapan yang hanya terlontar dari mulutku untuk Malik?
Kepalaku pusing. Kepalaku berat karena dihujani beribu-ribu pertanyaan tentang gadis itu dan… Malik. Dadaku sesak. Sangat sesak, aku dapat merasakan udara yang mendobrak masuk kesulitan ke dalam rongga dadaku. Malik… secepat itu kah?
----
Semua yang kubaca beberapa hari yang lalu pada akun twitter Malik terasa seperti mimpi. Ucapan selamat pagi. Ucapan selamat malam. Bahkan kalimat ‘jangan lupa untuk menjemputku besok pagi’ kepada Malik dari gadis itu hanya seperti mimpi. Semuanya terasa seperti mimpi karena tiba-tiba saja aku melihat pesan di ponselku. Pesan dari lelaki yang amat aku sayangi. Pesan dari lelaki yang membuat dadaku sangat sesak beberapa hari kebelakangan ini. Malik.
Dia menceritakan banyak hal. Termasuk Dira. Dadaku kembali terasa sesak  saat membaca cerita Malik tentang gadis itu. Namun sesaat kemudian aku merasakan sedikit udara dapat masuk ke dalam rongga dadaku. Ntah apa yang membuat Malik berkata seperti ini, yang jelas dia bilang bahwa sejak hari dimana dia menjemput Dira, dia jadi tidak menyukai Dira. Mendengar itu hatiku lega. Aku dapat merasakan udara yang keluar dari mulutku bertanda lega.
----
Cuaca kota Jakarta hari ini sangat tidak bersahabat. Aku tahu kota ini selalu terasa panas. Tapi ntah mengapa hari ini terasa sangat panas. Belum lagi macetnya yang membuat hari ini terasa panjang. Membuat aku terus mengeluh di dalam angkutan kota ini. Beberapa kali tanganku menyeka keringat yang terus-menerus menuruni pelipisku. Kulihat tempat tujuanku dari kejauhan. Ya, sebentar lagi aku akan turun dan segera merasakan dinginnya pendingin ruangan di dalam toko boneka itu dan segera membeli boneka. Boneka untuk adik Malik, karena aku akan menjenguknya hari ini.
Beberapa rak besar terjajar rapi di depan pandanganku. Boneka besar. Boneka kecil. Boneka beruang. Boneka anjing. Semua ini mengingatkanku pada bulan November tahun lalu. Di tempat yang sama, aku berada di sini bersama Malik. Saat itu dia menemaniku membeli kado untuk adikku. Sedangkan sekarang, di tempat yang sama aku sendiri. Tidak masalah. Aku harus segera mencari boneka yang cocok. Aku melihat kesekeliling, mataku tertangkap pada suatu boneka beruang. Boneka beruang dengan baju biru penuh renda. Matanya bulat mengkilap. Dengan cepat aku pergi ke kasir untuk membayar. Tiba-tiba kakiku membeku. Aku menjadi takut untuk menjenguk adik Malik sendirian. Apa yang harus aku lakukan tanpa Malik? Aku takut.
Dengan ragu aku mengambil ponselku dan mencari nama Malik di daftar kontak. Sambil menggigit bibir, aku menekan tombol hijau. Nut nut nut. Telfon telah tersambung. Hatiku berdebar. Aku takut mendengar suaranya. Suara yang sudah beberapa minggu ini tidak aku dengar. Apakah masih sama seperti suara yang selalu aku dengar pada 2 tahun ini?
“Halo?” suaranya seperti orang bingung dan agak panik. Aku tidak tahu apa yang membuatnya panik tapi aku senang dapat mendengar suaranya.
Umm Malik. Aku… aku ingin bertemu denganmu sekarang. Bisa?”
“Sekarang? Aku tidak bisa. Aku.. aku sedang di warung game” ucapnya dengan suara yang masih terdengar sama.
Ntah apa yang ada di benakku. Tiba-tiba saja perasaanku tidak enak. Ada sesuatu yang mengganjal membuat hati ini tidak yakin akan perkataannya.
“Benarkah? Kok aku tidak yakin” kataku sambil melihat antrian panjang di depan meja kasir.
“Ah tidak. Tidak. Aku baru saja mau pergi. Aku mau pergi dengan nenekku” katanya membalas ketidak yakinanku. Suara itu terdengar semakin panik. Aku yakin ada yang dia tutupi.
“Aku tahu kau sedang berbohong Malik. Katakan padaku, dimana kau sekarang?” paksaku sambil mengantri di belakang lelaki bertubuh besar.
“Aku… Oke Oke” tiba-tiba saja suaranya terputus oleh hembusan nafasnya
“Aku sedang berada di rumah Dira. Bisakah kau.. berhenti menghubungiku dulu?”
Deg. Lagi-lagi rasa itu muncul. Rasa sakit ini. Dadaku sakit. Rasa sesak ini sungguh menyakitkan. Kali ini terasa seribu kali lebih sakit dari sebelumnya. Tanpa kuperintah, tiba-tiba saja jariku sudah menekan tombol merah. Telfon itu terputus. Mataku sangat panas, beberapa bulir air mata terjatuh dari kedua mataku secara tiba-tiba. Aku tidak bisa menahan air mata ini untuk tidak terus-menerus berjatuhan. Ini terlalu sakit. Tanganku berusaha untuk menyeka air mataku sebisa mungkin. Dengan bersusah payah aku berusaha untuk membungkam mulutku untuk tidak terisak. Lelaki bertubuh besar di depanku melirikku sejenak, aku dapat melihat matanya yang panik. Aku tidak tahu harus berbuat apa.
Bodoh. Bodoh. Apakah kau tidak bisa berhenti menangis? Apa kau tidak malu dengan semua mata yang tertuju padamu itu? Aku melangkahkan kakiku yang terasa sangat berat. Aku berlalri ke meja kasir yang terletak di lantai 1 dengan harapan tidak ada beberapa mata yang menyadari bahwa aku baru saja menangis di sebuah antrian kasir. Ini memalukan
----
Ku genggam boneka yang sudah terbungkus cantik di balik kertas kado berwarna pink. Tanpa sadar aku sudah melangkahkan kakiku ke rumah sakit tempat adik Malik menjalankan operasi. Mataku sembab. Aku tidak bisa melihat dengan jelas. Namun samar-samar aku dapat melihat rumah sakit itu. Aku berjalan kearah kursi yang berada di lorong unit gawat darurat. Dengan memberanikan diri, aku kembali menelfon Malik.
“Ya? Halo?” kudengar suara dari ponsel Malik. Aku sangat yakin nomor yang baru aku telfon ini milik Malik. Aku sangat yakin walau mataku sembab, aku dapat membacanya dengan jelas. Aku yakin, tapi suara siapa ini? Mengapa bukan suara Malik? Mengapa bukan suara yang selama ini memanggil namaku dengan lembut?
“Malik? Siapa disana?”
“Ini Dira. Oh Malik, dia sedang ada di kamar mandi. Mungkin kau bisa menghubunginya beberapa menit lagi”
Mendengar namanya membuat mataku semakin panas. Aku dapat merasakan beberapa bulir air mata yang kembali turun dari kedua mataku.
“Bisakah kau memberitahunya bahwa aku sudah berada di rumah sakit? Ada yang ini aku berikan kepadanya”
“Oke!” katanya dengan nada yang menjijikan. Nada menggoda yang menjijikan. Aku tidak tahu apa maksudnya. Lalu telfon pun terputus.
Aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku tidak terbiasa sendiri dengan kondisi yang seperti ini. Biasanya aku langsung menelfon Malik untuk menjemputku. Namun sekarang? Dia sedang bersama gadis lain. Aku kembali terisak. Aku tidak mau sendirian pada kondisi seperti ini. Aku tidak mau. Nadia- hanya nama ini yang terlintas di kepalaku. Akhirnya aku memintanya datang lalu dengan cepat dia menyusulku.
Aku dapat melihat orang yang sangat aku kenal. Gadis yang sudah aku kenal selama 4 tahun ini. Nadia, dengan panik dia berlari ke arahku sembari bertanya tentang apa yang terjadi. Aku menghujaninya dengan ceritaku dengan penuh emosi dan air mata yang terus mengalir deras. Berkali-kali dia berkata seolah tidak percaya. Nadia dan aku terlah mengenal Malik selama 4 tahun, kami berteman sejak lama. Nadia sangat tahu bahwa Malik lelaki yang sangat baik, tidak mungkin dia tega melakukan ini kepadaku.
Nadia menyuruhku menghubungi Malik untuk menanyakan posisinya, tapi hal itu tidak berguna. Hal itu hanya memperburuk keadaaan. Suara menjijikan itu lagi. Lagi-lagi telingaku harus mendengar suara gadis penggoda itu. Dia memberitahukan bahwa dia dan Malik sedang berada di perjalan ke rumah sakit.
----
Jaket ini, aku sangat mengenalnya. Jaket yang biasanya ku pakai jika aku lupa membawa jaket saat udara dingin. Gerak-gerik ini. Gerak-gerik yang tidak bosan-bosannya aku lihat. Aroma yang khas,aroma yang selalu membuatku candu akan kehadirannya. Dia ada disini. Malik ada dihadapanku.
Aku sedikit lega karena dia tidak mebawa gadis penggoda itu, tapi melihat Malik membuat emosiku meluap tidak beraturan. Air mataku mengalir deras bersama kata-kataku yang berkali-kali keluar untuk mengeluarkan emosiku. Dia hanya terdiam melihatku menangis. Bahkan tangan yang biasanya dapat memelukku dalam tangisanku itu hanya membeku dibalik kantung jaketnya. Nadia yang dari tadi hanya terdiam melihatku menangis, mulai gatal dengan Malik yang tidak bereaksi. Nadia mulai memaksanya untuk mengeluarkan beberapa kata. Aku sadar tangisanku sangat mengganggu orang-orang di sekitarku. Aku sadar itu, tapi aku sama sekali tidak mempedulikan semua mata yang lagi-lagi manatap tajam kepadaku. Semua perhatianku hanya tertuju kepada Malik.
Tiba-tiba saja suara Malik memecahkan isak tangisku. Dengan nada yang terdengar dingin dia bersuara.
“Maaf tapi aku memilih Dira”
Kata-kata itu tidak dapat memperbaiki suasana yang sudah sangat buruk. Untuk kali ini aku hanya berharap dia lenyap dari hadapanku. Semesta, tolong lenyapkan dia sekarang juga
Aku berusaha sebisa mungkin untuk bersikap tenang. Tanganku menyeka air mataku. Aku mulai berbicara dengan tenang.
“Bisakah kau memberikan ini kepada adikmu? Kataku sambil memberikan bingkisan cantik itu.
Dia menerimanya. Aku dapat melihat wajahnya yang bingung. Mungkin dia bingung denganku yang tidak merespon kalimat terakhirnya. Seolah-olah aku tidak mendengar apa yang baru saja dia katakan.
“Maksudku.. apakah kau pikir aku dapat kembali kepadamu setelah kau berkata bahwa aku bukan tipemu?” tambahnya seolah memintaku untuk memberikan respon kepadanya.
Deg. Rasa itu datang lagi. Cukup. Aku lelah. Aku sadar apa yang aku katakan beberapa hari yang lalu itu berakibat fatal. Aku gagal. Aku tidak dapat mengharapkan hati itu pulang lagi ke rumahnya. Tidak akan bisa.
“Aku mengerti. Sebaiknya kau kembali ke kamar adikmu dan segera menjemput Dira”
Seolah-olah dia mengerti maksudku. Sepertinya dia mengerti bahwa aku tidak mau melihatnya saat ini. Dia pergi sembari membawa bingkisan itu.
Aku melihat sosok yang lama-kelamaan semakin tidak terlihat. Sosok yang selalu aku rindukan itu perlahan-lahan tidak tertangkap oleh mataku lagi. Sosok itu hilang bersama hatinya. Hatinya yang tidak akan kembali. Hati itu tidak akan pulang ke rumahnya. Mungkin hati itu tidak akan menemukan jalan pulangnya lagi. Hati itu telah tersesat.

----

Sabtu, 10 Agustus 2013

Satu Kata untuk Hati

Ntah sejak kapan jarak ini semakin terlihat dan semakin terasa. Aku hanya dapat mengingat jarak yang memisahkan kami kian memanjang setiap detiknya. Terlalu panjang sampai aku hampir tidak dapat melihatnya lagi. Jarak. Ya, jarak ini tidak dapat dilihat oleh mata. Jarak yang sangat panjang dan kian memanjang itu hanya dapat dirasakan oleh hati. Mungkin hanya hatiku sendiri yang dapat merasakan jarak itu. Bagaimana tidak? Selain panjang, jarak itu sangat tajam. Jarak itu dapat menyayat hatiku. Sakit. Selain kian memanjang, jarak itu kian tajam. Pelan-pelan jarak itu menyayat hatiku. Aku tau, hatiku sedang menangis kesakitan. Aku tau, dia berteriak ‘tidak kuat’. Ya, aku tau. Maafkan aku, hati. Kepalaku tidak bisa berhenti memikirkan jarak ini. Maafkan aku, aku gagal memerintah kepalaku sendiri untuk tidak mempedulikan jarak ini. Maafkan aku yang telah menyiksamu karena pikiranku sendiri.

Hati. Apakah kamu ingat beberapa tahun yang lalu? Apa yang kamu rasakan sebelum jarak ini datang? Kamu baik-baik saja. Kamu selalu merasa senang setiap ada dirinya yang humoris. Dirinya yang tidak pernah kehabisan gurauan untuk menghidupkanmu. Menghidupkan kita. Dirinya yang meringankan beban kita. Kamu ingat? Hati. Aku memohon kepadamu. Aku mohon bersabarlah. Ingatlah masa senang kita bersama dirinya dahulu. Walau sakit, janganlah kamu berubah. Jangan mengubah dirimu menjadi hati yang pendendam. Biarlah kita melihat dirinya yang sudah bahagia di kejauhan sana tanpa kita. Memang sakit. Sangat sakit, tapi kita tidak perlu membalasnya.

“aku senang jika dia senang” itu yang kebanyakan orang katakan. Aku mulai memerintah kepalaku untuk berpikir seperti itu. Dan itu berkerja. Mulutku juga dapat mengatakan kata-kata itu dengan tegas diiringi nada tidak peduli. Namun hatiku tetap menangis. Aku tau, aku telah banyak melukai hatiku sendiri. Sekarang mulutku yang telah melontarkan kata-kata itu telah menambah luka di hatiku. Mulutku telah membohongi hatiku.
-----
Kali ini aku mendengar suara itu. Samar-samar tapi cukup jelas untuk telingaku. “cukup! Aku tidak kuat lagi! Hentikan!”. Aku melihat kesekelilingku. Tidak ada siapa-siapa. Suara itu kian membesar, aku memejamkan mata. Saat itulah aku sadar, hatiku sendiri yang mengeluarkan kata-kata itu. Untuk kesekian kalinya aku meminta maaf kepada hatiku sendiri.

“Hati. Maafkan aku. Maafkan pikiranku yang terus mengusikmu. Maafkan mulutku yang selalu berbohong kepadamu. Maafkan aku. Aku sendiri tidak tau mengapa aku terus melakukan itu. Bodoh. Aku memang bodoh untuk terlalu memikirkannya dan mempedulikannya. Mataku ini sangat gatal saat tidak meluncur ke dunia maya hanya untuk mengetahui dirinya.”

Namun, usahaku sia-sia. Hati ini semakin sakit. Sakit karena menyadari bodohnya diriku. Menyadari banyaknya waktu yang terbuang untuk memikirkan dirinya hanya membuat hati ini semakin sakit.

katakan pada pikiranmu sendiri, apa yang telah dia lakukan untuk dirimu? Dia selalu menghilang dan tiba-tiba kembali kepadamu! Apa kamu tidak sadar bahwa dia bukan teman yang baik?” kata hatiku yang terus memerangi pikiranku.

“Hati. Aku mohon untuk kesekian kalinya. Bersabarlah. Tidak kah kamu ingat dia pernah menjadi orang yang berharga untuk diriku? Untuk diri kita? Dia yang selalu ada beberapa tahun yang lalu. Tidak kah kamu ingat apa yang telah kita lakukan bersamanya? Tidak kah kamu ingat semua kenangan itu?”

Sejenak hatiku tenang. Sejenak dia terdiam. Dia tidak bisa menjawab. Namun tiba-tiba, suara kecil itu samar-samar muncul kembali.

maafkan aku yang mudah menangis. Maafkan aku yang rapuh. Maafkan. Aku berjanji aku akan lebih bersabar demi kita. Tidak perlu khawatir. Kita akan melewati ini semua. Ntah sampai kapan, tapi aku akan berusaha sekuat tenaga untuk tetap kuat.”
-----

Kenangan. Satu kata yang dapat meluluhkan hati. Kenangan. Satu kata yang dapat menyelamatkan hati. Aku mulai belajar, mempelajari hatiku sendiri. Ego pada pikiran kita sendiri ternyata dapat dikalahkan dengan kekuatan kenangan. Memang pahit dan sakit untuk membuka mata kita untuk melihat kenyataan. Namun, pejamkanlah matamu sejenak. Ingatlah kenangan. Hal ini dapat mengobati hatimu.

Sabtu, 08 Juni 2013

Tutorial: Fade Effect Photoshop CS 5


Kalian tau ga aplikasi VSCO di Apple? itu loh aplikasi buat edit foto. Salah satu efek favorit gue di VSCO adalah fade effect-nya yang bikin foto jadi agak keabu-abuan gitu. Ga tau kenapa gue suka banget efek itu. Nah masalahnya, gimana kalo misalnya lo mau pake efek itu tapi ga punya gadgetnya? Tenang! Gue punya solusinya. Solusinya adalah memakai Adobe Photoshop CS 5! eits baru baca photoshop aja udah mau ngeclose postingan ini, tenang tenang gue yakin untuk pemula atau pun orang yang baru baca postingan ini terus langsung cobain pasti bisa deh! oke kita mulai aja ya

1) Pilih foto yang mau lo edit, terus pilih option open with Photoshop


2) Click 'Levels' di bagian kanan foto (liat yang ditandai merah)


3) Otak-atik Levelnya, tapi kalo lo buta banget soal Level, lo ikutin aja Level gue ini. Tinggal sesuain angkanya (geser panahnya ke kanan atau kriri)


dan TADAAAAAAAA perbedaannya bisa lo liat sendiri kan?

Review: LIP & CHEEK STAIN by The Body Shop


Ada yang udah pernah denger lip & cheek stain? atau malah udah ada yang candu sama barang ini? Kalo untuk yang belum denger, gue kasih tau dulu deh. Lips & cheek stain itu produk yang bisa memperona bibir dan pipi. Buat yang udah candu, gue setuju deh sama kalian. Soalnya waktu lo coba pertama kali, lo bakal jatuh cinta sama barang ini. Pertama gue oles di bibir, dan langsung cinta banget! Produk ini sama sekali ga ngasih efek menor, malah natural banget. Bagus nih buat kalian yang punya warna bibir ga seger kaya bibir orang sakit. Abis itu gue coba di pipi, awalnya gue kira bakal lengket. Eh ternyata ngga sama sekali, hasilnya sheer dan natural malah kaya blushing alami gitu.  Waktu itu sih harganya Rp 139.000 tapi karena TBS lagi ngadain kerjasama sama Telkomsel, jadi tuker 20 poin sama diskon 20% di TBS, gue jadi dapet diskon deh. Ukurannya ga terlalu besar, dan ga terlalu kecil isinya 8ml. Ohya, ga kaya Etude yang punya banyak warna, TBS cuman ngeluarin satu warna untuk produk ini.

Review : Wonderstruck Eau de Parfume by Taylor Swift


Kali ini gue mau nge-review Parfume punya gue keluaran Taylor Swift. Sebelum gue nge-review, gue mau curcol bentar. Jadi, Parfume ini adalah parfume pertama gue karena sebelum-sebelumnya gue cuman make eau de toilette nya Oriflame wkwk. Oke kita kembali lagi kemasalah review ya. Parfume keluaran penyanyi country ini beraroma freesia, greentea, dewberry, rasberry sama apple blossom dan menurut gue pribadi sih ni parfume ga mengecewakan deh. enak banget wanginya. dan yang paling gue suka, wanginya tahan lama. Ohya kalo kita liat dari foto diatas, warna botolnya ungu kan? tapi kalo lo liat aslinya, sebetulnya warna-warni loh. botolnya unik banget, dan setau gue belum ada botol parfume yang kaya gini. Bandul yang ada di leher botolnya bikin parfume ini semakin unik. Diliat dari luarnya aja udah menarik kan? Eits, tapi ga cuman luarnya aja yang menarik, seperti kaya yang tadi gue bilang wanginya juga enak banget loh. Harga? Kalo gue sih waktu itu dapet Rp700.000 di Malaysia. Eh, setelah gue browsing sana-sini ternyata rata-rata parfume ini (ukuran 100ml) rata-rata dijual Rp950.000 tapi kalo kita jago cari di internet harganya bisa Rp 500.000 atau Rp 600.000, jauh kan harganya? tapi gue juga ga tau yang dijual di internet itu asli atau palsu. Pokonya kalo kata gue sih, parfume ini recomended!

Selasa, 28 Mei 2013

Program Studi ITB




mekum blogger, gue yakin masih banyak anak seusia gue (16thn) yang masih bingung sama jurusan kan? banyak yang ga tau goalnya sendiri, jadi ga bisa nentuin arah jalannya. ya gue pernah baca kalo kebanyak orang sukses adalah orang yang memiliki tujuan. jadi, kalo orang punya tujuan dia bakal fokus tanpa belok-belok. makannya, menurut gue sih, kita udah kudu wajib dan harus tentuan tujuan kita mau kemana. oke, setelah gue ngomong kaya gitu sih gue harap semua orang yang baca blog gue langsung berpikir untuk mempunyai tujuan. gue mau bantuin nih, ngasih tau pilihan jurusan-jurusan. karena menurut gue ITB adalah universitas yang paling hits diantara yang ngehits jadi gue mau kasih tau Program Studi ITB ya



A.   Kelompok Ujian SAINTEK:
  • Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), terdiri atas program studi :
    • Matematika
    • Fisika
    • Astronomi
    • Kimia
  • Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH), terdiri atas :
    • Program Sains, terdiri atas program studi :
      • Biologi
      • Mikrobiologi
    • Program Rekayasa, terdiri atas program studi :
      • Rekayasa Hayati
      • Rekayasa Pertanian
      • Rekayasa Kehutanan
  • Sekolah Farmasi (SF), terdiri atas program studi :
    • Sains dan Teknologi Farmasi
    • Farmasi Klinik dan Komunitas
  • Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB), terdiri atas program studi :
    • Teknik Geologi
    • Teknik Geodesi dan Geomatika
    • Meteorologi
    • Oseanografi
  • Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTTM), terdiri atas program studi :
    • Teknik Pertambangan
    • Teknik Perminyakan
    • Teknik Geofisika
    • Teknik Metalurgi
  • Fakultas Teknologi Industri (FTI), terdiri atas program studi :
    • Teknik Kimia
    • Teknik Fisika
    • Teknik Industri
    • Manajemen Rekayasa Industri
  • Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI), terdiri atas program studi :
    • Teknik Elektro
    • Teknik Informatika
    • Teknik Tenaga Listrik
    • Teknik Telekomunikasi
    • Sistem dan Teknologi Informasi
  • Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD), terdiri atas program studi :
    • Teknik Mesin
    • Aeronotika dan Astronotika
    • Teknik Material
  • Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL), terdiri atas program studi :
    • Teknik Sipil
    • Teknik Lingkungan
    • Teknik Kelautan
    • Teknik dan Pengelolaan Sumber Daya Air
    • Rekayasa Infrastruktur Lingkungan
  • Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), terdiri atas program studi :
    • Arsitektur
    • Perencanaan Wilayah dan Kota
B.    Kelompok Ujian SOSHUM :
  • Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD), terdiri atas program studi :
    • Seni Rupa
    • Kria
    • Desain Interior
    • Desain Komunikasi Visual
    • Desain Produk
  • Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM), terdiri atas program studi :
    • Manajemen
Kewirausahaan



TINGKAT KESULITAN RELATIF 


 sumber : http://usm.itb.ac.id/

Tuh, banyak kan? Sekarang coba lo pilih deh. Lo pilih satu fakultas aja dulu, minimal jalan lo sekarang ga akan belok-belok. Jadi lurus tujuan. Jangan sampe lo ga tau tujuan lo, karena orang yang ga punya tujuan itu rugi. Hidupnya cuman ikut-ikutan, kaya daun yang kebawa arus air deh. Lo cuman ikutin arus air itu, tanpa lo tau lo itu dibawa kemana. So, cepat pilih tujuan ya!