Pagi
ini aku mulai mengerjakan tugas kelas Ms. Swift, yaitu meracik ramuan. Ramuan
yang aku buat hari ini adalah ramuan "Grow then Grow" yaitu ramuan
yang mempercepat pertumbuhan tumbuh-tumbuhan yang ada di negeriku, yaitu Negeri
5 Angin. Negeri ini diberi nama oleh penyihir pertama di negeriku yaitu John
Robbert. Dia memberi nama Negeri 5 Angin karena di negeri ini angin berhembus
dari 5 arah mata angin yang berbeda, yaitu barat, utara, timur, selatan, dan
barat daya. Setiap angin yang dihembuskan dari arah yang berbeda membawa musim
yang berbeda, yaitu musim buah dari barat, musim berlian dari utara, musim
sayur dari timur, musim pencahayaan dari selatan, dan musim perairan dari barat
daya. Ramuan yang aku buat kali ini memang tugas akhir semester 5 dari 5
semester di sekolahku ini, Soleluna School. Jika ramuan ini gagal untuk ketiga
kalinya, aku yakin aku akan mendapatkan nilai C pada halaman kelima dalam
rapotku. Aku memang baru masuk hampir 25 bulan yang lalu di sekolah ini, dan
aku tidak mau halaman kelima dalam rapotku diisi oleh huruf C, karena pada 4
halaman rapotku sebelumnya aku belum pernah mendapatkan nilai C.
Yap! Sentuhan terakhir daun green water yang ada di perkarangan sekolah memang sangat membantu. Aku dengar dari seniorku bahwa jika memakai daun ini untuk tugas "Grow then grow" akan mempercepat pertumbuhan bunga saat ramuan ini diuji. Aku tidak sabar untuk melihat reaksi bibit buah semangka ini jika diberi tetesan ramuanku. Tinggal menunggu 2 jam lagi sampai terdengar bel istirahat selesai. Sambil menunggu ramuanku jadi, aku dan teman sekelasku, Ross, pergi ke kantin untuk membeli ganjalan perut yang dari tadi sudah mengamuk minta diisi.
Aku
melihat ke keranjang berwarna pink, hmm apple pie, berry bur barry, banana
slice..semuanya terlihat enak di mataku. Musim ini memang musimnya makanan
kesukaanku, tapi karena uangku tinggal tersisa sedikit untuk membeli Golannio
2.0, yaitu alat komunikasi telepati yang cukup menguras dompetku, maka aku
putuskan untuk hanya membeli berry bur barry seharga 300 flior. Siapa pun yang
merasakan berry bur barry pasti akan ketagihan. Makanan ini adalah jenis
makanan musim buah favoritku, yaitu buah berry yang dilapisi adonan tepung
dorrie, bentuknya seperti sandwich. Tepung dorrie adalah tepung terbaik yang
hanya bisa diambil dari tanaman dorrie pada musim pencahayaan. Tepung ini
mempunyai rasa manis dan asam seperti buah persik tetapi agak pahit dan sangat
pas jika dipadukan dengan buah berry dari musim buah seperti sekarang.
Setelah membayar dengan uang 500 flior dan mendapatkan kembalian 200 flior, aku dan Ross pergi ke atap sekolah. Atap sekolah adalah tempat favoritku selama 25 bulan belakangan ini untuk beristirahat setelah penat dengan semua tugas.
"Oh my god, Florisa Frosatte, udah 10 hari berturut-turut kamu selalu beli berry bur barry. Kamu ga bosen apa?" kata Ross sambil melangkahkan kakinya di anak tangga pertama.
"Oh
my god, Ross Lionner, ini kan musim buah! Mumpung ada berry bur berry kenapa ga
beli sih?" ucapku sambil mengecek Golannio 2.0 baruku.
"Iya iya aku akui berry bur berry itu emang enak. Tapi apa kamu ga bosen? Kalau kamu berubah jadi buah berry gimana?” kata Ross dengan sedikit tertawa geli.
"Selama aku tidak makan ramuan buatan nenekmu aku ga akan berubah jadi berry. Lagi pula aku bukan serigala.”
"Ramuan perubah kuku serigala jadi buah maksudmu? Hahaha..lagi pula kamu tidak akan bisa melihat ramuan itu. Aku sendiri baru punya 1 kali kesempatan untuk melihat ramuan itu saat pemakaman nenekku.”
“Ya ya ya Ross sayang aku tahu ko! Kamu sudah memberi tahuku 1000kali!”
“Oke
sekedar mengingatkan saja ko! Hahahaha”
"Haaaaaiiii
Florisa Frosaaaatte!!" Tiba-tiba muncul muncul sepasang tangan menutup
mataku, ya aku hapal jelas suara ini, Sara Zerria, kelas 1-3 yang sudah 10
bulan ini kenal denganku karena situs pesan sekolahku yaitu
www.solelunaconnection.air, 10 bulan yang lalu di meng-add I'd soleluna
messengerku. Sejak saat itu lah Sara resmi menjadi sahabatku di sekolah baruku
ini.
“Haaaaiiiii Sara Zerriaaaaa!!! Bagaimana tugas akhir semestermu?”
"Mungkin jawabanku sama dengan kamu. Aku lagi nunggu ramuanku matang 2 jam lagi," kata Sara sambil ikut berjalan menuju atap sekolah.
"Kamu tidak lupa pake daun green water kan?" tanya Ross sambil memakai jaketnya.
"Oh
tentu aku ingat! Untuk mendapatkannya aku harus membelinya di Jiori Shop
seharga 1000 flior”
"Aduh Sara sayang, daun green water di pekarangan sekolah kita banyak ko. Tidak perlu mengeluarkan uang seharga 3 buah berry bur barry lebih 100 filor," ucapku mengingatkan Sara.
"Iya, aku tau. Tapi daun dari sana bentuknya tidak terlalu bulat, sedangkan yang dijual di Jiori Shop bentuknya sangat bulat tanpa cacat sedikit pun. Nantinya akan menumbuhkan tanaman lebih cepat, Floris sayang,” jawab Sara.
“Tapi perbedaan pertumbuhan
tanamannya hanya 18 menit. Apalah artinya 18 menit?” kata Ross tidak mau kalah.
"Well,
time is money. Perbedaan 18 menit itu lumayan. Siapa tahu Ms Swift akan
memberikan nilai plus di rapotku nanti.”
"Oke,
oke benar. Bagaimana jika kita segera ambil kursi di sebelah air terjun itu
sebelum aku harus memakan berry bur barry-ku dengan posisi berdiri.
Setuju?" timpalku karena perutku sudah protes minta diisi.
Kita
semua pun segera mengambil tempat duduk dengan pemandangan paling indah di atap
sekolah selain menghadap ke miniatur West Tower setinggi 5 meter.
"Liburan semester kali ini ayahku mengajaku untuk pergi melihat West Tower," kata Sara sambil merapikan rambutnya yang indah itu.
"Liburan semester kali ini ayahku mengajaku untuk pergi melihat West Tower," kata Sara sambil merapikan rambutnya yang indah itu.
"HAAAAAH?! SERIUS?!" kataku dan Ross kaget hampir tersedak makanan yang ada di mulut masing-masing. Sebetulnya tidak aneh kalau Sara akan berlibur ke West City untuk melihat West Tower karena dia memegang nama akhir "Zerria". Nama itu adalah nama designer baju ternama di negeri kami. Ya, Mr. Zerria adalah ayah Sara.
"Iya. Untuk apa aku bohong. Aku kasih kalian oleh-oleh, deh!" kata Sara meyakinkan sambil memainkan Golannio versi terbarunya, Golannio 3.5 yang sudah dilengkapi fitur “pengambil gambar 2 hari”, yaitu fitur yang dapat mengambil gambar kejadian yang sudah lalu, asalkan tidak lebih dari 2 hari.
"Oke. Aku pengen berry bur barry dari West City, ya!" pintaku sambil menggigit berry bur barry-ku yang tinggal setengah.
"Hmm..aku
pengen kartu pos West City dan gantungan kunci West Tower, ya. Aku sudah bosan
lihat West Tower setinggi 5 meter di atap sekolah kita! Aku mau West Tower
untuk tasku sendiri..hahhaha.." pinta Ross sambil melihat miniatur West
Tower di belakang kami.
“Oke
aku akan bawa titipan kalian nanti!” kata Sara bersemangat.
Di atap sekolah, sambil membicarakan West Tower dan makan berry bur barry, ternyata 2 jam sudah berlalu. Ini saatnya kami semua kembali ke kelas untuk memeriksa ramuan racikan kami.
“Bagaimana
jika tidak berhasil?” tanyaku kepada Ross gelisah.
"Pasti berhasil! Ayo kamu coba! Aku akan membantumu," kata Ross yang sudah terlebih dahulu menyelesaikan tugasnya sejak 2 hari yang lalu.
Aku
mulai membuka kotak yang dibungkus daun yulio berwarna ungu itu. Aku lihat
ramuanku yang terlihat seperti jus strawberry siap diuji coba. Aku mulai
mengambil takaran dan menakar ramuanku, 5 ml. Ya benar, 5 ml cukup untuk
menumbuhkan bibit semangka ini. Aku tanam bibit semangka ini di tanah cleior lalu
kutuangkan 5 ml ramuanku ke atas bibit itu.
“Semoga
berhasil. Semoga aku mendapatkan nilai yang baik pada tes semester ini,” kataku
mantap.
“Ya,
aku harap juga begitu. Lebih baik kita segera pulang, tidur lebih cepat, dan
pergi ke sekolah secepat mungkin untuk melihat ramuanmu berhasil,” kata Ross.
“Ayo
kita pulang, Ross! Aku tidak sabar melihat muka Ms. Swift melihat keberhasilan
ramuanku kali ini..hahaha..” kataku sambil merapikan tas.
Kami
segera meninggalkan kelas dan bertemu Sara di tangga menuju lantai satu. Dan
seperti biasa dia bersama 2 temannya, Perrie Gobson dan David Hilsson.
“Haaaiiiiii
Florisaaaaaa!” kata laki-laki bernama David di sebelah kanan Sara.
“Apa
sih? Hahaha..” kataku sedikit kaget dan geli. Aku bahkan tidak mengenal
laki-laki yang selalu bersama Sara ini.
“Habis
aku selalu melihat kalian saling sapa. Jadi sebelum Sara menyapamu, lebih baik
aku mewakili dia untuk menyapamu terlebih dahulu..hahaha..”
“Hahaha..
Ya, boleh juga. Florisa Frosatte,” kataku sambil mengulurkan tangan.
“David
Hilsson, kelas 1-3,” balas David sambil bersalaman denganku.
“Oke,
aku duluan, ya! Aku ingin segera pulang dan segera tidur..hahaha..” kataku
sambil melambaikan tangan kepada Sara, David, dan Perrie.
“Dadah,
Florisa. Hati-hati di jalan!” kata Sara.
Aku
dan Ross pun segera masuk ke dalam bus bertuliskan nomor 01 berwarna kuning
hijau. Dan seperti biasa, aku duduk dekat jendela.
“Hei,
teman Sara tadi lucu ya..hahaha..” kata Ross sambil mengambil permen surrie
dari tasnya.
“Iya,
aku selalu melihatnya bersama Sara. Hahaha..gendut dan lucu. Aku ingin membawa
dia ke rumahku! Hahaha..” kataku geli.
Sepanjang
perjalanan pulang kami terus membicarakan West City, David, dan ramuan. Tidak
terasa ternyata saatnya Ross turun dari bus. Sebentar lagi pun aku harus turun
di halte berikutnya.
Kulihat
Ross turun dari bus. Aku ingat pertama kali aku masuk Soleluna School dia
selalu mengikat setengah rambutnya yang sekarang sudah panjang dan selalu dia
biarkan terurai indah. Saat itu dia kaget karena aku tiba-tiba duduk di
sebelahnya. Pikiran pertama dia tentang diriku adalah “Florisa Frosatte, si
tebing es” karena dia bilang bahwa aku terlihat sangat dingin dan tidak
bersahabat saat itu. Jelas saja, karena aku sangat tidak mau masuk Soleluna
School yang berada di klaster 3 di kotaku, kota Derriu. Aku sangat kecewa
dengan kurangnya angka 0,05 pada nilai akhir tahap I ku, sehingga aku tidak
bisa meneruskan sekolah tahap II ku di Wassi School yang menduduki klaster 2.
Tanggal 21, bulan
Buah, Semester 5, kelas 1
Hari
ini aku datang lebih pagi dari biasanya. Aku tidak sabar melihat tanaman
semangkaku yang sudah berbuah dengan potnya yang sudah berubah warna, yang
menandakan bahwa aku lolos pada tes kali ini.
Aku
mulai membuka pintu kelas dan menyalakan lampu kelas. Dan..tadaaaaa! Potku
sudah berubah menjadi 7 warna, merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan
ungu bertingkat. Dan kulihat tanamanku yang sudah berbuah 4 buah semangka di
atasnya. Aku sangat senang sampai lupa akan perutku yang terus-menerus bersuara
karena belum diisi pada pagi ini.
Aku
pergi ke kelas 1-3. Tidak ada Sara. Tadinya aku berniat mengajak dia ke kantin
untuk sarapan. Saat aku mengalihkan mataku ke pojok kelas, ada laki-laki
berhoodie hijau sedang memainkan Golannio. Yap! Itu David.
“Daviiiiid!
Ke kantin, yu! Aku sangat lapar! Aku traktir kamu berry bur barry, deh!"
kataku sambil menarik tangan David.
“Traktir?!
Ayo cepet!” kata David bersemangat.
Tidak
ada basa-basi lagi. Kami pun langsung pergi ke kantin untuk membeli 3 buah berry
bur barry. Pagi itu aku habiskan dengan menyantap dua buah berry bur barry
sambil menunggu teman-temanku yang lain datang ke sekolah. Aku tidak sabar
untuk memberitahukan Ross bahwa ramuanku kali ini berhasil.
Tanggal 26, bulan
Buah, Semester 5, kelas 1.
“Anak-anak
kelas 1-3 dan 1-4, cepat simpan tas kalian di pojok lapangan dan ambil ramuan
kalian masing-masing!” kata Mr. Toms lantang.
Aku
segera menyimpan tas dan mengambil ramuan “Runner Gonna Run” ku untuk tes
ramuan gerakan. Aku tuangkan ramuan itu ke dalam mulut Lillio, rusa
peliharaanku di sekolah. Setelah kutuangkan ramuan itu terdengar suara peluit,
dan Lillio pun berlari. Dia berlari mengelilingi lapangan ini sebanyak 15
putaran selama 15 detik. Waw..ramuanku menjadi ramuan tercepat di kelasku. Aku
yakin akan mendapatkan nilai A+ pada kelas Mr Toms.
Setelah kelasku melaksanakan
tes ramuan gerakan, saatnya kelas Sara melakukan tes ramuan gerakan. Rusa
peliharaan Sara berhasil mengelilingi lapangan sebanyak 15 putaran dalam waktu
32 detik, sedangkan rusa peliharaan David baru 10 putaran sudah pergi ke danau
dekat lapangan kami berada.
“Payah
banget, sih. Masa 10 putaran aja udah pergi ke danau? Hahaha..” ejekku ke David
yang terlihat santai.
“Biar,
deh. Aku malas ambil darah kelinci bertanduk milik Ms. Jenny. Not bad kan 10?
Dari pada tidak sama sekali,” kata David santai.
“Hahaha..ya,
ya.. Gimana kalau kita pergi ke Cafe Porit dekat sini? Mana mungkin kita
langsung pulang. Ini baru pukul 11 pagi."
“Ya,
mumpung kita pulang cepat. Ajak Ross dan teman-temanmu, deh. Sara udah pulang
duluan. Dia mau pergi ke kota sebelah”
“Mengunjungi
ayahnya di cabang tokonya yang baru?”
“Ya,
seperti biasa. Katanya dia mau minta uang untuk pergi ke Diamond Garden
semester depan”
“Setelah
pergi ke West City? Dia akan ke Diamonds Garden? Wah, memang beruntung ya dia.
Bahkan sebetulnya dia bisa masuk sekolah yang lebih bagus jika dia mau kan?
Kenapa ya dia masuk Soleluna?" kataku sambil mengikat tali sepatuku.
“Sebetulnya
dia mau masuk salah satu sekolah klaster 1, tapi karena dia pindah ke kota kita
baru 15 bulan yang lalu, hanya sekolah ini yang tersisa. Lagi pula sepertinya dia
menikmati sekolah di Soleluna” kata David sambil mengecek Golannia 2.5-nya.
“Aku
baru tau dia murid pindahan. Aku baru kenal dia 10 bulan yang lalu,” kataku
heran.
“Hey
bagaimana jika kita segera berangkat?” potong David
“Benar,
tunggu sebentar disini ya, aku akan mengajak teman-temanku.” Kataku kepada
David sambil berlari menuju teman-temanku yang sedang berbincang
“Ross,
Yunna, Kenny! Kalian mau kemana? Bagaimana kalau kita pergi ke Cafe Porit dekat
dari sini?” ajakku kepada mereka.
“Ayo!”
kata Ross, Yunna dan Kenny semangat
“Ohya,
aku mengajak temanku dari kelas 1-3, nama dia David.” kataku sambil menunjuk
David yang sedang menungguku di ujung lapangan uji gerakan.
“Dia
laki-laki yang biasanya bersama Sara kan?” tanya Yunna.
“Yap!
Ayo pergi sekarang panas nih!” kata Ross sambil mengipas-ngipas wajahnya yang cantik
dengan kipas burung oxed. Burung oxed adalah burung yang memiliki bulu seperti
merak tapi mempunyai warna hijau tosca atau merah jambu, tapi karena adanya kloning,
beberapa tahun ini sudah ada oxed berwarna pelangi atau merah, jingga, kuning,
hijau, biru, nila dan ungu. Burung oxed dengan warna bulu seperti ini adalah
hasil kloning dengan burung befioru dari Kota Tammimu. Kota itu biasa dibilang surganya
burung, karena disana banyak sekali burung berwarna-warni yang berkeliaran.
“Iya,
sebelum matahari berada tepat di atas kepala kita.” Kataku sambil menyipitkan
mataku yang sedang melihat kearah langit, lalu kita semua segera pergi ke
tempat David.
“David,
kenalkan teman-temanku. Mereka akan ikut dengan kita ke Café Porit.” kataku.
“Hey,
aku David Hilsson.” kata David sambil mengulurkan tangannya kepada Yunna.
“Hey,
aku Yunna Vilore kelas 1-4.” kata Yunna sambil menjabat tangan David.
“Dan
kamu… pasti Kenny ya?” tebak David dengan tangan kiri menunjuk kearah Kenny dan
tangan kanan menjulur kepada Kenny.
“hahaha
iya, kamu yang kemarin lusa menumpahkan minyak unta ke baju Ms. Brare kan?”
kata Kenny sambil berusaha mengingat.
“Yap!
Sampai hari ini Ms. Brare masih marah denganku hahaha.” kata David sambil
tertawa.
“Oke
guys, kita lanjutkan ngobrol di bus ya? Panas nih!” kata Ross yang dari tadi
sudah terlihat sangat kepanasan.
Kita
berlima pun segera pergi ke halte bus yang berada di atas menara setinggi 15m,
dan kebetulan ada bus berwarna coklat yang sudah menunggu kami. Aku selalu
senang saat naik bus, melihat jalanan di bawah bus, melihat langit merwarna
violet di siang hari atau berwarna magenta di sore hari dan melihat orang-orang
terbang menggunakan sapu terbang atau dengan naga yang sebesar kuda. Kadang aku
ingin berpergian menggunakan sapu terbang tapi sepertinya untuk perempuan lebih
terlihat elegant jika menggunakan naga, mungkin saat aku lulus sekolah tahap
III aku bisa mempunyai nagaku sendiri.
Sesampainya
di halte Hutson kami segera menuruni menara dan berjalan menuju Café Porit
yang letaknya tidak jauh dari sini dan mengambil tempat duduk dekat panggung
yang biasanya ada penampilan band atau penyanyi solo setiap malam minggu.
“Jadi
setiap selesai tes ramuan gerakan tiap semester kalian pergi kesini?” tanya
David sambil melihat-lihat seluruh penjuru Café Porit.
“Setiap
tidak ada kerjaan tepatnya!” kata Yunna sambil menyenderkan dirinya ke sofa
merah yang empuk.
“Jadi
kalian sering kesini? Kalian doyan main ya?” tanya David kaget.
“Ya
bisa dibilang gitu sih, hampir setiap pulang sekolah pasti kita main haha.” kata
Ross sambil memainkan bulu-bulu kipas burung oxednya.
Tiba-tiba
muncul daftar menu dihadapan kita, semacam layar sentuh jika kita sentuh sekali
diatas nama makanan/minuman akan tertera gambar dan keterangan komposisi,
daftar gizi, rasa dan harga. Jika kita ingin memesan makanan/minuman kita
tinggal men-dragnya ke kolom pesanan di sebelah kanan layar.
Rasanya
aku sudah bosan memesan Dorrie Swelior, yaitu daging ayam yang digulung adonan
tepung dorrie dan bersauskan Swelior. Swelior adalah buah berwarna ungu tua
yang memiliki rasa pedas manis. Hmm, sepertinya Cliofa Sorrina enak juga walau
pun harganya sedikit mahal. Dengan keterangan umbi Cliofa yang disajikan dengan
daging Sorrina rasa pedas. Sorrina adalah binatang sejenis kelinci yang
memiliki bulu berwarna cyan dan bermata warna pink dagingnya hampir sama dengan
kelinci tapi lebih empuk. Akhirnya aku memutuskan untuk memesan Clioda Sorrina
dan Glion water. Glion water adalah minuman yang airnya berasal dari gunung
glion yang memilik rasa seperti nanas tapi lebih asam, sangat segar untuk siang
yang panas seperti ini.
Setelah
kami semua memesan makanan dan minuman, layar tembus pandang yang berisikan
daftar menu itu menghilang dan digantikan oleh kotak yang menyala berwarna
merah dengan tulisan daftar makanan dan minuman yang kita pesan beserta
keterangan waktu berapa lama lagi makanan dan minuman itu akan disajikan di
meja kami.
“Memangnya
ini pertama kalinya kamu makan kesini ya?” tanya Yunna kepada David yang
terlihat sedang menyanyi-nyanyi kecil.
“Aku
pernah sih makan ke sini dengan kakakku, ini ketiga kalinya aku makan kesini.” jawab
David yang segera menghentikan nyanyiannya.
“Enaknya
punya kakak, aku ingin punya kakak deh.” kataku karena hanya memiliki 2 adik
tanpa memiliki kakak.
“Punya
kakak itu tidak seindah yang kamu bayangkan. Kadang kakak-kakakku selalu
mengejekku karena aku anak terakhir. Makannya mereka senang mengejekku.” protes
David.
“kakak-kakak?
Kamu punya berapa kakak?” tanya Kenny.
“Aku
punya 4 kakak, tapi kakakku yang pertama dan kedua tinggal jauh denganku. Mereka
tinggal di Kota Yorre.”
“Waw,
4 kakak dan 2 orang di Kota Yorre.” kataku kagum.
Setelah
itu datanglah pesanan-pesanan kami, karena sudah merasa lapar. Kami segera menyantap
makan siang kami. Setelah piring-piring kami kosong, kami membayar dengan
memasukan sejumlah uang ke layar sentuh tadi yang muncul kembali setelah kami
menekan tombol bersimbolkan “F” yang artinya Flior dan segera pulang ke rumah
masing-masing.
“Loh
kamu naik bus ini juga?” tanyaku kepada David yang berjalan denganku, Ross dan
Kenny menuju halte yang sama.
“Iya
karena aku turun di Halte Risscu.” jawab David sambil memakai hoodie hijaunya.
“Aku
dan Kenny juga turun di halte itu loh!” kata Ross.
“Haha
berarti kita berempat bisa pulang bareng tiap hari ya.” kataku sambil naik ke bus.
“Okey
mulai sekarang pulang bareng terus ya!” kata Kenny semangat.
“Okey
okey!!” kataku senang, karena baru mendapatkan ‘teman pulang bareng’ baru.
Beberapa
lama kemudian, tibalah bus kami di Halte Risscu. Mereka semua pun turun, hanya
aku yang tersisa dan akan turun di halte berikutnya. Setelah mereka semua turun
dari bus, aku melanjutkan perjalanan, melihat kearah jendela, kulihat langit yang
sudah berwarna magenta. Dalam hati aku berkata:
‘Terima kasih tuhan, hari ini aku mendapatkan
nilai terbesar, teman baru dan hari yang sangat menyenangkan.’
Tidak ada komentar:
Posting Komentar